
zonabacaaja.com
Jakarta – Beberapa studi telah menunjukkan hubungan antara liburan dengan kesehatan mental Dan penampilan yang tetap terlihat muda. Namun, berapa lama sebenarnya waktu istirahat yang ideal untuk merasakan manfaatnya?
Berdasarkan suatu studi terkini di dalam Journal of Applied Psychology. Yang mengeksplorasi hasil-hasil sebelumnya terkait masalah tersebut, ternyata memiliki dampak langsung pada kondisi psikis dan fisik individu melebihi apa yang disangka sebelumnya.
Studi satu mengindikasikan bahwa orang yang bepergian secara tahunan selama periode sembilan tahun berturut-turut dapat mempertinggi harapan hidup kurang lebih 20%. Di samping itu, peluang kematiannya akibat penyakit jantung juga merosot sampai 30 persen.
Liburan sekali dalam setahun ternyata bisa membantu mengurangi hipertensi, memperbaiki tingkat glukosa darah, serta menjaga level kolesterol dan trigliserida. Jika dibiarkan tanpa pengendalian, semua gangguan ini berpotensi merusak fungsi jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh Brooks B. Gump, seorang profesor kesehatan masyarakat di Universitas Syracuse dan rekan-rekannya, mengatakan bahwa orang yang berlibur secara keseluruhan mengurangi sindrom metabolik mereka. Sindrom ini dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2 hingga 25 persen.
Durasi Liburan yang Ideal
Berdasarkan studi, satu minggu istirahat merupakan durasi yang tepat, namun liburan pendek juga memberikan manfaat bagi kesejahteraan. Peneliti sudah mendapati orang-orang yang beristirahat sejenak, meskipun hanya selama beberapa hari saja dan bukannya rutin ataupun jarang sekali, cenderung lebih sedikit merasa stres, letih, atau depresif jika dibandingkan dengan individu yang nyaris tak memanfaatkan masa jeda mereka sama sekali.
“Liburan memberikan perlindungan terhadap stres berkelanjutan dan inflamasi, kedua hal ini merusak tubuh,” ungkap Gump kepada Washington Post
.
Di luar itu, perjalanan juga memberi peluang bagi orang-orang untuk mengganti tidur yang amat mereka butuhkan. Berdasarkan pendapat Sune Lehmann, seorang profesor bidang ilmu data sosial dari Universitas Kopenhagen, apabila seseorang kurang mendapatkan istirahat cukup di rumah, kemudian beristirahat di lokasi asing bisa jadi momen tepat untuk menyusul ketinggalan tidurnya.
Meskipun memiliki banyak keuntungan, generasi milenial kadang-kadang masih merasa bersalah saat memutuskan untuk berlibur.
cuti
Survei yang dikerjakan oleh YouGov untuk brand es Teh Halfday menunjukkan bahwa 58% dari generasi milenial di Amerika Serikat enggan menggunakan hak libur mereka tanpa rasa bersalah.
Meskipun demikian, baru 55% dari Generasi Z yang mengalami rasa bersalah ketika melakukan perjalanan sendirian. Sementara itu, generasi baby boomer sama sekali tidak keberatan untuk berlibur. Hanya kurang dari separuh orang yang lahir di antara tahun 1946 hingga 1964 saja yang merasakan penyesalan atas penggunaan waktu liburnya.