
zonabacaaja.com – Pada intinya setiap individu mempunyai ciri diri yang bersifat individualistis, dan tantangannya ialah mereka kerap kali tak menyadari hal itu. Sikap individualistik tersebut belum tentu jelas atau mudah dikenali.
Ketidakbersihan bisa terlihat dari tindakan-tindakan sederhana sehari-hari yang biasa dilakukan oleh pelakunya namun mengganggu dan menyebabkan frustasi pada orang-orang di sekelilingnya.
Sesungguhnya, kita semua telah menemui momen-momen ketika bersikap serakah. Tetapi bila ini terjadi secara berkelanjutan, bisa jadi akan merenggangkan tali persahabatan dan membuat orang lain menjauh.
Berikut lima perilaku umum yang sering ditunjukkan individu dengan sifat egois, sebagaimana dikutip dari situs Hack Spirit.
1. Menyempurnakan prioritas pribadi
Banyak individu merasa bahwa mereka bukan tipikal orang yang egois. Akan tetapi, ciri khas dari sifat egois sejati dapat dilihat ketika seseorang lebih mementingkan urusan dan keperluan dirinya daripada memikirkan orang lain tanpa disadari.
Ini tidak berarti mereka dengan sengaja bertindak kasar atau meremehkan. Hanya saja saat harus membuat keputusan, mereka cenderung lebih dulu memikirkan apa yang memberi manfaat bagi dirinya sendiri secara naluri dan spontan, biasanya tanpa banyak memperhatikan dampaknya pada pihak lain.
Bukan berarti selalu buruk untuk mengejar kepentingan pribadi asalkan tetap merawat diri sendiri. Akan tetapi, apabila perilaku ini dilakukan secara konstan tanpa mempertimbangkan pengaruhnya pada lingkungan sekitar, hal tersebut menjadi indikasi kerokohan dengan jelas.
2. Mendominasi dalam percakapan
Orang yang egois cenderung lebih senang bercerita khususnya soal dirinya sendiri. Mereka biasa membawa topik diskusi ke arah pengalaman pribadi, kendala, atau prestasi milik mereka saja, serta sangat jarang meluangkan waktu untuk menanyakan hal-hal seputar orang lain.
Studi sudah membuktikan bahwa berbagi pengalaman pribadi merangsang area otak yang serupa dengan apa yang terjadi ketika kita menyantap hidangan lezat atau mendapatkan uang.
Inilah kemungkinan alasannya: Orang-orang yang cenderung bersikap egois melakukan ini dengan frekuensi tinggi karena mereka mendapat sedikit doraman dopamin tiap kali membagikan informasi tentang diri mereka. Namun, masalah terletak pada kenyataan bahwa mereka tak sadar akan ketidakseimbangan tersebut.
Sebaliknya dari sebuah tukar-menukar yang setara, dialog dengan mereka bisa tampak lebih mirip monolog di mana semua pihak lain hanya bertindak sebagai penonton. Apabila Anda ingin membagikan suatu hal, mereka mungkin secara tidak sadar akan langsung menggeser perhatian kembali kepada diri mereka sendiri begitu saja.
3. Tidak pernah memberikan imbalan baik
Orang yang bersifat egois tidak sungkan untuk meminta pertolongan. Mereka akan dengan sukacita menerima bantuan, meminjam sesuatu, ataupun bergantung pada orang lain ketika merasa perlu dukungan.
Tetapi apabila ada orang yang memohon pertolongan dari mereka, justru mereka akan bersikap seolah-olah lupa atau tak mengetahui tentang permintaan itu. Mereka bukanlah tidak bertingkah sesuai adat tetapi lebih pada pemikiran bahwa ikatan tersebut tidak perlu bersifat saling menguntungkan.
Di alam mereka, mengambil bantuan tanpa berniat memberikan balasan dianggap biasa. Lama-kelamaan, tindakan tersebut bisa menyebabkan seseorang merasa terbebani.
Sahabat, famili, serta kolega mungkin mulai berpikir dianggap memanfaatkannya, mengenali bahwa tak perduli sebesar apa usaha mereka memberikan, timbal baliknya tak kunjung setara.
4. Terus-menerus memaksa agar hubungan berlangsung lancar
Apakah itu dalam konteks persahabatan, ikatan keluarga, atau hubungan romantis, individu yang bersifat egois dengan sendirinya lebih condong ke pihak pengambil manfaat. Mereka senang mendapatkan dukungan emosional, perhatian, serta upaya dari orang lain namun kurang berinisiatif untuk membalas hal serupa.
Mereka mungkin ingin pasangannya selalu siaga untuk dirinya, namun hilang ketika dibutuhkan bantuan. Atau mereka dengan gembira menerima ajakan serta keramahan dari kawan-kawannya tanpa memberikan usaha serupa sebagai tanda terima kasihnya.
Hubungan yang baik mengharuskan kedua belah pihak saling merasa diperhitungkan dan disyukuri. Akan tetapi, bersamaan dengan individu yang sangat fokus pada diri sendiri, keseimbangan ini cenderung terganggu. Mereka bisa saja tak sadar akan ketidakseimbangan dalam interaksi mereka.
5. Merasa tidak nyaman dengan kesuksesan orang lain
Terdapat hal spesial dalam membagikan kegembiraan kepada orang lain, apakah itu kesuksesan sahabatmu, prestasi luar biasa dari salah satu anggota keluargamu, atau sekadar kemenangan kecil untuk orang terdekat hatimu.
Akan tetapi, individu yang bersifat egois kerap kali menghadapi masalah dalam hal ini. Sebaliknya dari perasaan gembira atas kemajuan orang lain, mereka justru cenderung mengecilkan prestasi itu, memindahkan pusat perhatian kembali kepada diri mereka sendiri, atau malah merasakan ketidakpuasan.
Ini tak selalu disengajakan; kadang-kadang, mereka tak bisa menghindari perbandingan dengan keadaan pribadi mereka. Ikatan yang sesungguhnya tumbuh dari rasa saling mensupport.
Apabila seseorang tak mampu sepenuhnya ikut bergembira atas keberhasilan oranglain, maka terciptalah suatu kesenjangan. Dengan bertambahnya waktu, individu tersebut akan mengenalinya saat sukacita mereka tidak dibalas dengan perasaan serupa, dan ini bisa menjadi sangat menyinggung hati.