Durasi proses pencernaan dapat bervariasi dari satu individu ke lainnya. Faktor seperti usia, gender, serta status kesehatan turut mempengaruhi hal ini. Meski demikian, secara umum, makanan akan diproses tubuh antara 24 sampai dengan 72 jam sebelum akhirnya menjadi feses.
Seluruh sistem pencernaan pada orang dewasa dapat memiliki panjang hingga 9 meter. Oleh karena itu, tidak heran apabila proses pengeluaran makanan dari dalam tubuh memerlukan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, pernahkah Anda merasa keinginan kuat untuk buang air besar setelah selesai makan? Fenomena tersebut dinamakan refleks gastrokolik. Mari kita bahas lebih lanjut tentang hal ini!
1. Apakah makanan yang baru saja dikonsumsi bisa segera keluar menjadi feses?
Pernahkah Anda langsung merasa kembung dan ingin BAB sesaat setelah menyantap hidangan? Bahkan sampai keinginan itu membuat Anda berpikir bahwa makanan terakhir yang dikonsumsi akan dikeluarkan dengan cepat. Tetapi, adakah dasarnya untuk pernyataan ini?
Jawabannya, tidak!
Biasanya, dorongan BAB setelah makan itu bukan karena makanan yang baru saja masuk ke perut Anda.
Setelah menyantap makanan, butuh kira-kira 6-8 jam bagi makana tersebut untuk menyelesaikan perjalanan melalui lambung dan usus halus. Selanjutnya, zat-zat makanan akan bergerak menuju usus besar guna proses pencernaan tambahan, pengolahan nutrisi, serta penyerapan oleh tubuh. Setelah itu, sisa-sisa makanan ini barulah dikeluarkan. Jadi, feses yang Anda lihat itu sebenarnya bukan seluruhnya berasal dari makanan yang baru saja Anda konsumsi di hari yang sama.
2. Kenapa segera mau BAB sesudah makan?

Sebab Anda langsung BAB setelah makan merupakan akibat dari refleks gastrokolik tersebut.
Refleks gastrokolik merupakan respon fisiologis yang mempercepat aktivitas pada saluran pencernaan bagian bawah dan kolon sesudah seseorang makan. Ketika perut terisi makanan dan mulai meremas, ia akan mengirimkan sinyal ke usus besar untuk memulai kontraksi.
Setiap individu bisa memiliki refleks gastrokolik dengan kecepatan respons yang berbeda-beda, ada yang lebih cepat atau mudah terstimulasi. Namun, kondisi ini umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan. Jika penyebabnya hanya kecepatan refleks gastrokolik, langkah penanganan akan sangat bergantung pada seberapa besar ketidaknyamanan yang Anda alami setelah makan, serta dampaknya terhadap kualitas hidup Anda sehari-hari.
Banyak yang salah paham, mengira dorongan buang air besar setelah makan itu karena metabolisme yang cepat. Padahal, bukan itu penyebab utamanya. Faktanya, metabolisme jauh lebih berkaitan dengan tingkat efisiensi tubuh dalam memproses dan menyerap nutrisi dari makanan.
3. Alasan di balik kebiasaan merespons makan dengan cepat dan kuat tersebut disebut refleks gastrokolik yang berlebihan.
Sebagian orang memiliki refleks gastrokolik yang terjadi lebih sering dengan kekuatan yang lebih tinggi daripada individu lainnya. Beberapa kondisi gangguan pencernaan, misalnya sindrom iritasi kolon, bisa menyebabkan peningkatan laju gerakan makanan melewati usus besar seusai konsumsi makanan.
Makanan serta beberapa kondisi pada sistem pencernaan bisa mengaktifkan dengan cepat respon gastrokolik. Termasuk di antaranya adalah:
- Kecemasan
- Penyakit celiac
- Makanan berminyak
- Alergi dan intoleransi makanan
- Gastritis
- Penyakit radang usus.
- Sindrom iritasi usus besar.
Apabila kondisi tersebut memperparah refleks gastrokolik, Anda mungkin akan menemui gejala tambahan berupa hal-hal seperti:
- Sakit perut.
- Perut buncit yang menghilang atau berkurang setelah bersendawa atau BAB.
- Diare atau sembelit.
- Tinja berlendir.
- Sering ingin kentut.
4. Bilakah perlu berjumpa doktor?

Refleks gastrokolik adalah respons alami tubuh ketika makanan mencapai perut. Umumnya, situasi tersebut tidak mengharuskan seseorang untuk berkunjung ke dokter.
Akan lebih baik bila Anda berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami kondisi-kondisi sebagai berikut:
- Respon gastrokolik yang kuat dan berkelanjutan.
- Menderita diare selama lebih dari dua hari.
- Gejala lambung tambahan.
Hal ini bisa menunjukkan adanya kemungkinan gangguan kesehatan dasarnya.
5. Pengobatan refleks gastrokolik
Apabila Anda berkunjung ke dokter, mereka mungkin akan memberikan resep berupa obat-obatan, misalnya antispasmodik untuk mengatur refleks gastrokolik. Kabar baiknya, kondisi ini bisa diatasi tanpa perlu obat-obatan, cukup dengan mengubah gaya hidup dan menerapkan pola makan sehat.Pelajari cara mengelola kondisi kesehatan Anda secara alami untuk hidup lebih berkualitas.
Berikut adalah beberapa taktik yang dapat Anda coba:
- Amati jenis makanan apa yang dapat menyebabkan refleks gastrokolik.
- Berhenti atau kurangi konsumsi makanan berbumbu pedas.
- Hindari merokok.
- Istirahat dengan meminum air putih secukupnya.
- Gunakan diet yang baik dan teratur.
- Olahraga teratur.
Oleh karena itu, bila Anda merasa ingin BAB sesaat setelah makan, hal tersebut tak berarti makanan melaju dengan cepat dalam sistem pencernaan Anda. Dorongan untuk segera buang air besar setelah makan sering kali merupakan respons dari refleks gastrokolik yang peka. Situasi seperti ini kebanyakan tidak butuh penanganan dokter.
Referensi